You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Tengkudak
Desa Tengkudak

Kec. Penebel, Kab. TABANAN, Provinsi BALI

SELAMAT DATANG DI SITUS RESMI DESA TENGKUDAK MELAYANI SEPENUH DAN PROFESIONAL

Tarian Sakral

Admin 05 Juli 2022 Dibaca 1.290 Kali

Tari Sanghyang Sampat merupakan tradisi yang secara turun menurun telah diwarisi oleh Masyarakat Br. Puluk-Puluk Desa Tengkudak. Menurut Jero Mangku yang juga merupakan Tokoh Masyarakat di Puluk-Puluk Drs. I Nyoman Arjana Adiputra, M.Ag, Tari Sanghyang Sampat di Banjar Puluk-Puluk ini merupakan tarian yang muncul sejak jaman Pra Hindu, secara mitologi tahun 1374 terjadi penyerangan Pasukan kerajaan Panji Sakti ke Tabanan dan terjadi pengerusakan di Pura Luhur Batukau oleh Laskar-Laskarnya Pasukan Panji Sakti. Akhirnya Patih yang ditugaskan untuk memelihara Pura Batukau yaitu Patih Kasunaran wafat saat kejadian tersebut. Setelah wafatnya Beliau, akibat pengerusakan di wilayah Batukau akhirnya terjadi suatu peristiwa munculnya banyak penyakit yang menyerang masyarakat termasuk penyakit penyakit yang menyerang tanaman di sawah. Setelah memohon petunjuk secara Niskala ( Gaib ) di Pura Batukau akhirnya diberikan suatu pawusus ( petunjuk )  harus dibuatkan Sanghyang Sampat. Akhirnya Sanghyang Sampat ini dibuat di Banjar Puluk-Puluk, dibuat di wilayah ini disebabkan saat waktu itu daerah selatan Pura Batukau merupakan Lumbungnya Wongaya. Daerah Batukau sendiri pada saat jaman dulu diperintah oleh Kebayan, yang diberikan wewenang oleh Raja Arya Damar untuk memerintah di wilayah Wongaya ini. Sanghyang Sampat dilakukan 1 ( Satu ) tahun sekali saat padi sudah berumur 2 – 3 bulan. Secara sekala sampat atau sapu sendiri memiliki fungsi untuk membersihkan, secara niskala Sanghyang Sampat telah dimasuki oleh roh widyadara dan kekuatan sinar suci Ida Sesuhunan, percikan kecil dari Sinar Suci Ida Sang Hyang Widhi  yang masuk ke dalam Sanghyang Sampat yang membersihkan dan memberkahi areal Subak dari segala wabah penyakit.

Sanghyang Sampat dibuat sebanyak 2 Sanghyang, yaitu disebut Sanghyang Sampat Lanang dan Sanghyang Sampat Istri. Sanghyang Sampat Lanang dibuat dari Lidi Ron dan Lidi dari Kelapa Nyuh Gading yang kaya akan makna, dengan jumlah 108 yang memiliki makna angka 1 perlambang dari Tuhan Yang Maha Esa, angka 0 yang berarti Tanpa Awal dan Tanpa Akhir dan jumlah ketiga angka 108 adalah 9 yang artinya 9 arah penjuru dunia. Sanghyang Sampat  Istri dibuat dengan Lidi dari bahan yang sama, sebanyak 99 buah dengan makna yaitu merupakan lambang sembilan arah penjuru dunia. Sanghyang Sampat Lanang di bungkus dengan Kain warna Hitam Putih ( Poleng ) dan Sanghyang Sampat Istri dibungkus dengan kain warna Putih dan Kuning   serta  dihias dengan bunga jepun, gemitir, sandat dan cempaka lengkap dengan lonceng, kemudian nantinya akan mengelilingi wilayah Subak Puakan Br. Puluk-Puluk yang terdiri dari lima tempek yaitu tempek Munduk, tempek Puakan 1, tempek Puakan 2, tempek Umalaka, dan tempek Uma Ngesta.